Rabu, 25 Oktober 2017

Dongeng

Tikus Yang Pemalu

oleh : Luh Ade Widiantari

            Pada sebuah hutan yang rindang, hiduplah seekor tikus yang selalu menyendiri. Tikus ini tidak mau bergaul dengan teman-temannya. Dia tidak percaya diri karena dia bau, kotor, dan tidak pandai berbicara. Teman-temannya di hutan sangat banyak.  Ada  tupai, kelinci, dan pak kera. Pada suatu hari, kelinci mencari makanan bersama tupai, kemudian mereka bertemu dengan tikus yang sedang menyendiri.
“Hai, tikus sedang apa kau di sini?” tanya tupai.
Tikus tidak mau menjawab pertanyaan tupai, ia bergegas lari dan meninggalkan temannya.
“Ada apa dengan tikus, dia tidak menjawab pertanyaanku,” katanya heran.
“Sudahlah tupai. Mari kita cari makanan lagi aku sangat lapar,” kata kelinci sambil berjalan.
Tak lama kemudian kelinci dan tupai bertemu dengan pak kera.
“Kalian mencari makanan, ya?” tanya pak kera.
“Iya, pak kera, kami sangat lapar,” jawab kelinci.
“Besok adalah hari ulang tahunku. Kalian harus datang, ya,”pinta pak kera.
“Wah, benarkah itu pak kera?” tanya kelinci.
“Horeee, akhirnya bisa mendapat makanan yang banyak,” kata tupai dengan senang. Mereka sangat senang dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada pak kera. “Selamat ya, pak kera! Kami pasti akan datang,” jawab tupai.
“Baiklah aku tunggu kehadiran kalian, sampai jumpa,” kata pak kera.
* * *
Di sekeliling hutan yang lebat, tupai dan kelinci melihat surat yang ditempel oleh pak kera. Tiba-tiba tupai dan kelinci bertemu lagi dengan tikus yang sedang mencari makanan.
“Hai, tikus besok ulang tahun pak kera, lho! Semua penghuni hutan diundang. Apakah kau mau datang?” tanya tupai.
Tikus hanya diam dan tidak mau bicara.
“Tikus, jawab dong jangan diam aja,” kata kelinci.
“Iya, benar kami ingin kau juga datang ya,” kata tupai sambil memegang tangan tikus. Tikus menghindar dari teman-temannya. Ia merasa malu dan takut berteman sebab tikus diketahui sebagai binatang yang kotor, menjijikkan, dan bau. Namun, teman-temannya tetap ingin mengajak tikus pergi ke pesta ulang tahun pak kera. Hari sudah senja dan saatnya untuk makan. Tupai dan kelinci makan bersama, sedangkan tikus hanya menyendiri di rumah kecil yang dibuat sendiri. Tikus merenung seorang diri.
Dalam hati, tikus berkata, “Aku takut berteman dengan kalian, padahal aku sangat ingin bisa bergaul dengan kalian dan punya banyak teman.” Namun,  melihat diriku yang bau dan kotor, aku tidak percaya diri dan tidak ingin memiliki teman. Aku harus bagaimana? Apakah aku harus datang ke pesta ulang tahun pak kera? Aku tidak berani mendekati teman-temanku yang tampan dalam keadaan seperti ini. Dalam hatinya, tikus ingin berteman dengan semua penghuni hutan, tetapi ia tidak percaya diri.
“Besok aku akan datang ke pesta ulang tahun pak kera,” katanya tegas. Aku harus berani dan aku harus bisa berteman dengan mereka. Aku tidak bisa terus-menerus hidup menyendiri seperti ini,” katanya dalam hati.
Dengan penuh keberanian tikus akan datang ke pesta ulang tahun pak kera esok hari.
Keesokan harinya, rumah pak kera ramai dikunjungi penghuni hutan dan memberikan ucapan selamat ulang tahun pada pak kera.
 “Selamat ulang tahun pak kera! Semoga kau tidak rakus ya,” kata kelinci menyindir pak kera.
“Wah, kelinci jail juga ya, tapi gak apa-apa terima kasih ya,” balas pak kera.
 “Sama-sama pak kera,” jawab kelinci sambil senyum.
“Terima kasih kalian sudah mau datang ke pesta ulang tahunku. Aku sangat senang,” kata pak kera dengan gembira.
“Mari, silahkan duduk dan nikmati makannya,” pinta pak kera.
Tupai dan kelinci sangat senang karena ada banyak makanan di rumah pak kera. Tak lama kemudian tikus datang ke pesta ulang tahun pak kera.
 “Hai, tikus akhirnya kau datang juga ke sini. Kau bawa apa untukku?” tanya pak kera.
Tikus yang pendiam itu sekarang berani bicara dan menjawab pak kera.
“Aku hanya membawa bingkisan kecil untukmu,” jawab tikus.
“Wah, terima kasih ya! Kau udah memberikan hadiah untukku,” ucap pak kera sambil memeluk tikus.
“Iya, sama-sama pak kera,” balas tikus.
Tupai dan kelinci menghampiri tikus yang sudah datang ke pesta ulang tahun pak kera.
“Tikus, akhirnya kau datang juga kemari,” kata tupai.
 “Iya, tupai! Aku memberanikan diri datang ke sini,” jawab tikus.
“Kau membutuhkan keberanian ya! Untuk apa? Bukankah kita teman?” tanya kelinci. “Iya, kelinci. Sebenarnya aku malu berteman dengan kalian karena aku ini bau, kotor, dan tidak pandai,” sesal tikus. Makanya, aku jauhi kalian, maaf ya,” kata tikus dengan menundukkan kepalanya.
“Wah, kau salah tikus! Kami tidak seperti itu kok. Kami ingin semua berteman dengan baik dan tidak ada yang boleh menyendiri seperti kau,” kata tupai.
“Iya, benar banget tupai. Aku setuju. Kau tidak boleh berpikir seperti itu, ya tikus. Kami tidak seperti yang kau pikirkan,” kata kelinci.
“Kami ingin kau mau berbicara dan berteman dengan kami karena sama-sama hidup di hutan. Jadi, kita sekarang berteman,” kata tupai sambil mengulurkan tangannya. “Baiklah, mulai sekarang kita adalah teman baik,” ikrar tikus sambil menumpukkan tangannya dengan tupai.

Akhirnya, tikus yang mulanya selalu menyendiri sekarang punya teman yang banyak di hutan. Mereka pun hidup rukun dan damai. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seni Lukis

Pengertian Seni Lukis             Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa yang tercipta dari hasil imajinasi seniman yang die...