Tikus Yang
Pemalu
oleh : Luh Ade
Widiantari
Pada sebuah hutan yang rindang,
hiduplah seekor tikus yang selalu menyendiri. Tikus ini tidak mau bergaul
dengan teman-temannya. Dia tidak percaya diri karena dia bau, kotor, dan tidak
pandai berbicara. Teman-temannya di hutan sangat banyak. Ada tupai, kelinci, dan pak kera. Pada suatu hari,
kelinci mencari makanan bersama tupai, kemudian mereka bertemu dengan tikus
yang sedang menyendiri.
“Hai,
tikus sedang apa kau di sini?” tanya tupai.
Tikus
tidak mau menjawab pertanyaan tupai, ia bergegas lari dan meninggalkan
temannya.
“Ada
apa dengan tikus, dia tidak menjawab pertanyaanku,” katanya heran.
“Sudahlah
tupai. Mari kita cari makanan lagi aku sangat lapar,” kata kelinci sambil
berjalan.
Tak
lama kemudian kelinci dan tupai bertemu dengan pak kera.
“Kalian
mencari makanan, ya?” tanya pak kera.
“Iya,
pak kera, kami sangat lapar,” jawab kelinci.
“Besok
adalah hari ulang tahunku. Kalian harus datang, ya,”pinta pak kera.
“Wah,
benarkah itu pak kera?” tanya kelinci.
“Horeee, akhirnya bisa mendapat makanan yang banyak,”
kata tupai dengan senang. Mereka sangat senang dan mengucapkan selamat ulang
tahun kepada pak kera. “Selamat ya, pak kera! Kami pasti akan datang,” jawab
tupai.
“Baiklah aku tunggu kehadiran kalian, sampai jumpa,”
kata pak kera.
* * *
Di
sekeliling hutan yang lebat, tupai dan kelinci melihat surat yang ditempel oleh
pak kera. Tiba-tiba tupai dan kelinci bertemu lagi dengan tikus yang sedang
mencari makanan.
“Hai, tikus besok ulang tahun pak kera, lho! Semua
penghuni hutan diundang. Apakah kau mau datang?” tanya tupai.
Tikus
hanya diam dan tidak mau bicara.
“Tikus,
jawab dong jangan diam aja,” kata kelinci.
“Iya,
benar kami ingin kau juga datang ya,” kata tupai sambil memegang tangan tikus.
Tikus menghindar dari teman-temannya. Ia merasa malu dan takut berteman sebab tikus
diketahui sebagai binatang yang kotor, menjijikkan, dan bau. Namun, teman-temannya
tetap ingin mengajak tikus pergi ke pesta ulang tahun pak kera. Hari sudah
senja dan saatnya untuk makan. Tupai dan kelinci makan bersama, sedangkan tikus
hanya menyendiri di rumah kecil yang dibuat sendiri. Tikus merenung seorang
diri.
Dalam
hati, tikus berkata, “Aku takut berteman dengan kalian, padahal aku sangat
ingin bisa bergaul dengan kalian dan punya banyak teman.” Namun, melihat diriku yang bau dan kotor, aku tidak
percaya diri dan tidak ingin memiliki teman. Aku harus bagaimana? Apakah aku
harus datang ke pesta ulang tahun pak kera? Aku tidak berani mendekati
teman-temanku yang tampan dalam keadaan seperti ini. Dalam hatinya, tikus ingin
berteman dengan semua penghuni hutan, tetapi ia tidak percaya diri.
“Besok
aku akan datang ke pesta ulang tahun pak kera,” katanya tegas. Aku harus berani
dan aku harus bisa berteman dengan mereka. Aku tidak bisa terus-menerus hidup
menyendiri seperti ini,” katanya dalam hati.
Dengan
penuh keberanian tikus akan datang ke pesta ulang tahun pak kera esok hari.
Keesokan harinya,
rumah pak kera ramai dikunjungi penghuni hutan dan memberikan ucapan selamat
ulang tahun pada pak kera.
“Selamat ulang tahun pak kera! Semoga kau
tidak rakus ya,” kata kelinci menyindir pak kera.
“Wah,
kelinci jail juga ya, tapi gak apa-apa terima kasih ya,” balas pak kera.
“Sama-sama pak kera,” jawab kelinci sambil
senyum.
“Terima
kasih kalian sudah mau datang ke pesta ulang tahunku. Aku sangat senang,” kata
pak kera dengan gembira.
“Mari,
silahkan duduk dan nikmati makannya,” pinta pak kera.
Tupai
dan kelinci sangat senang karena ada banyak makanan di rumah pak kera. Tak lama
kemudian tikus datang ke pesta ulang tahun pak kera.
“Hai, tikus akhirnya kau datang juga ke sini.
Kau bawa apa untukku?” tanya pak kera.
Tikus
yang pendiam itu sekarang berani bicara dan menjawab pak kera.
“Aku
hanya membawa bingkisan kecil untukmu,” jawab tikus.
“Wah,
terima kasih ya! Kau udah memberikan hadiah untukku,” ucap pak kera sambil
memeluk tikus.
“Iya,
sama-sama pak kera,” balas tikus.
Tupai
dan kelinci menghampiri tikus yang sudah datang ke pesta ulang tahun pak kera.
“Tikus,
akhirnya kau datang juga kemari,” kata tupai.
“Iya, tupai! Aku memberanikan diri datang ke sini,”
jawab tikus.
“Kau membutuhkan keberanian ya! Untuk apa? Bukankah
kita teman?” tanya kelinci. “Iya, kelinci. Sebenarnya aku malu berteman dengan
kalian karena aku ini bau, kotor, dan tidak pandai,” sesal tikus. Makanya, aku
jauhi kalian, maaf ya,” kata tikus dengan menundukkan kepalanya.
“Wah, kau salah tikus! Kami tidak seperti itu kok. Kami
ingin semua berteman dengan baik dan tidak ada yang boleh menyendiri seperti
kau,” kata tupai.
“Iya, benar banget tupai. Aku setuju. Kau tidak
boleh berpikir seperti itu, ya tikus. Kami tidak seperti yang kau pikirkan,”
kata kelinci.
“Kami ingin kau mau berbicara dan berteman dengan
kami karena sama-sama hidup di hutan. Jadi, kita sekarang berteman,” kata tupai
sambil mengulurkan tangannya. “Baiklah, mulai sekarang kita adalah teman baik,”
ikrar tikus sambil menumpukkan tangannya dengan tupai.
Akhirnya, tikus yang mulanya selalu menyendiri
sekarang punya teman yang banyak di hutan. Mereka pun hidup rukun dan damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar