Rabu, 25 Oktober 2017

Berita

Hijau Dibutuhkan Semua Orang





            (Minggu 22/10), sayuran saat ini sangat mudah didapatkan karena cuaca mendukung. Membutuhkan waktu dan proses yang lama untuk panen sayuran. Komang Miarsana (42) dan Luh Mertani (42) yang mempunyai sepetak tanah yang ditanami sayuran dan menghasilkan sayuran yang baik. Pekerjaan petani sudah lama dijalani selama 10 tahun. Tanah yang dimiliki oleh Komang Miarsana dan Luh Mertani merupakan tanah warisan dari kakak Luh Mertani. Sayuran yang ditanam berbagai jenis ada kangkung, sayur hijau, terong, dan bayam. Proses menanam sayuran tersebut membutuhkan waktu selama 25 hari sampai panen. Selain itu, menanam sayur membutuhkan pupuk urea, pupuk kandang, dan daun-daun yang sudah di bakar. Komang Miarsana tidak pernah mengeluh saat bekerja karena pekerjaan tersebut sudah sehari-hari dilakukan bersama Luh Mertani. “Saat tanah masih kosong saya mencangkul lebih dulu setelah itu saya membakar daun-daun yang kering dan memberikan pupuk kandang,” ucapnya. “Selain mencangkul dan memberikan pupuk kandang, saya menyiram tanah dengan  air dari sungai menggunakan alat,” tegasnya sambil memberikan pupuk pada sayuran.
            Proses ini dilakukan secara bertahap agar sayuran saat di panen tetap segar dan sehat saat dikonsumsi. Dalam hal ini, Luh Mertani bertugas memanen sayuran tepat 25 hari. Ketika musim hujan tiba, sayuran tidak akan bisa tumbuh dengan baik. “Kalau musim hujan mulai tiba, saya tidak menanam sayuran karena sayuran akan cepat mati karena digenangi air,” ucap Luh Mertani. “Solusi yang saya lakukan dengan cara tidak menanam sayuran untuk sementara waktu,” jelasnya sambil memanen bayam. “Sayuran tidak bagus ketika tumbuh dan merugikan saya,” tegasnya. Waktu panen tiba, Luh Mertani mempersiapkan bayam yang telah dipanen, kemudian dikumpulkan 55 ikatan menjadi 1 gabung. Cara panen Luh Mertani sangat cepat dan teliti karena ada sayur yang tumbuhnya kurang baik. “Ini saya lakukan sejak lama hingga 10 tahun dan saya bekerja dengan cepat dan melihat juga sayuran yang tumbuhnya kurang baik,” ucapnya.

            Sayur bayam yang sudah dipanen, kemudian dikumpulkan dan siap dijual kepada pengepul. Permintaan sesuai dengan pasar. “Ini tergantung dari harga sayuran dipasaran, kalau harganya murah dijual murah sebaliknya jika harganya dipasaran mahal djual mahal,” kata Luh Mertani. Setelah selesai panen sayur bayam, tanah kembali dicangkul oleh Komang Miarsana. “Tanah yang telah dicangkul, kemudian rumput dikeringkan. Selang dua hari, rumput yang sudah mengering, kemudian dibakar,”  kata Komang Miarsana. “Setelah dibakar saya memberikan  pupuk kandang, kemudian disiram dengan air sungai yang menggunakan alat bantu,” ucapnya. Hal itu dilakukan secara terus-menerus tanpa kenal lelah. Banyak tetangga yang minta sayuran pada Pak Komang. “Saya sering minta bayam atau kangkung pada Pak Komang Miarsana,” kata Ketut Sariani. “Saya ingin membayar, tetapi Pak Komang Miarsana tidak menerimanya,” ucapnya. Pak Komang menyuruh tetangga mencari sayur-sayurnya yang disukai. “Cari saja kalau membutuhkan,” kata Pak Komang Miarsana dengan ramah. Tetangga merasa senang dengan keramahan Pak Komang Miarsana. Mereka lebih mudah mencari sayur tidak harus ke pasar, cukup membeli atau minta dengan Pak Komang Miarsana. “Sayuran itu sangat penting untuk dikonsumsi dan saya merasa senang karena dekat dengan tanaman sayur di sini,” kata Ketut Sariani mengakhiri pembicaraan.

1 komentar:

  1. I am waiting for the writing that related to Galungan day. Please write it soon, De

    BalasHapus

Seni Lukis

Pengertian Seni Lukis             Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa yang tercipta dari hasil imajinasi seniman yang die...