Hijau Dibutuhkan
Semua Orang
(Minggu
22/10), sayuran saat ini sangat mudah didapatkan karena cuaca mendukung.
Membutuhkan waktu dan proses yang lama untuk panen sayuran. Komang Miarsana
(42) dan Luh Mertani (42) yang mempunyai sepetak tanah yang ditanami sayuran
dan menghasilkan sayuran yang baik. Pekerjaan petani sudah lama dijalani selama
10 tahun. Tanah yang dimiliki oleh Komang Miarsana dan Luh Mertani merupakan tanah
warisan dari kakak Luh Mertani. Sayuran yang ditanam berbagai jenis ada
kangkung, sayur hijau, terong, dan bayam. Proses menanam sayuran tersebut
membutuhkan waktu selama 25 hari sampai panen. Selain itu, menanam sayur
membutuhkan pupuk urea, pupuk kandang, dan daun-daun yang sudah di bakar.
Komang Miarsana tidak pernah mengeluh saat bekerja karena pekerjaan tersebut
sudah sehari-hari dilakukan bersama Luh Mertani. “Saat tanah masih kosong saya
mencangkul lebih dulu setelah itu saya membakar daun-daun yang kering dan
memberikan pupuk kandang,” ucapnya. “Selain mencangkul dan memberikan pupuk
kandang, saya menyiram tanah dengan air
dari sungai menggunakan alat,” tegasnya sambil memberikan pupuk pada sayuran.
Proses
ini dilakukan secara bertahap agar sayuran saat di panen tetap segar dan sehat saat
dikonsumsi. Dalam hal ini, Luh Mertani bertugas memanen sayuran tepat 25 hari.
Ketika musim hujan tiba, sayuran tidak akan bisa tumbuh dengan baik. “Kalau
musim hujan mulai tiba, saya tidak menanam sayuran karena sayuran akan cepat
mati karena digenangi air,” ucap Luh Mertani. “Solusi yang saya lakukan dengan
cara tidak menanam sayuran untuk sementara waktu,” jelasnya sambil memanen
bayam. “Sayuran tidak bagus ketika tumbuh dan merugikan saya,” tegasnya. Waktu
panen tiba, Luh Mertani mempersiapkan bayam yang telah dipanen, kemudian dikumpulkan
55 ikatan menjadi 1 gabung. Cara panen Luh Mertani sangat cepat dan teliti
karena ada sayur yang tumbuhnya kurang baik. “Ini saya lakukan sejak lama
hingga 10 tahun dan saya bekerja dengan cepat dan melihat juga sayuran yang
tumbuhnya kurang baik,” ucapnya.
Sayur
bayam yang sudah dipanen, kemudian dikumpulkan dan siap dijual kepada pengepul.
Permintaan sesuai dengan pasar. “Ini tergantung dari harga sayuran dipasaran,
kalau harganya murah dijual murah sebaliknya jika harganya dipasaran mahal
djual mahal,” kata Luh Mertani. Setelah selesai panen sayur bayam, tanah
kembali dicangkul oleh Komang Miarsana. “Tanah yang telah dicangkul, kemudian
rumput dikeringkan. Selang dua hari, rumput yang sudah mengering, kemudian
dibakar,” kata Komang Miarsana. “Setelah
dibakar saya memberikan pupuk kandang,
kemudian disiram dengan air sungai yang menggunakan alat bantu,” ucapnya. Hal
itu dilakukan secara terus-menerus tanpa kenal lelah. Banyak tetangga yang
minta sayuran pada Pak Komang. “Saya sering minta bayam atau kangkung pada Pak Komang
Miarsana,” kata Ketut Sariani. “Saya ingin membayar, tetapi Pak Komang Miarsana
tidak menerimanya,” ucapnya. Pak Komang menyuruh tetangga mencari
sayur-sayurnya yang disukai. “Cari saja kalau membutuhkan,” kata Pak Komang
Miarsana dengan ramah. Tetangga merasa senang dengan keramahan Pak Komang
Miarsana. Mereka lebih mudah mencari sayur tidak harus ke pasar, cukup membeli
atau minta dengan Pak Komang Miarsana. “Sayuran itu sangat penting untuk
dikonsumsi dan saya merasa senang karena dekat dengan tanaman sayur di sini,”
kata Ketut Sariani mengakhiri pembicaraan.
I am waiting for the writing that related to Galungan day. Please write it soon, De
BalasHapus